Seperti yang
kawan pintar sudah ketahui, wilayah asuhan PLN Area Watampone terdiri dari dua
kabupaten yakni Kabupaten Bone dan Kabupaten Wajo. Saat ini jumlah pelanggan
PLN Watampone sebesar 226.646 pelanggan, untuk Kabupaten Bone 147.623 pelanggan
dan untuk Kabupaten Wajo 79.023 pelanggan (data per 31 agustus 2014). Angka
226.646 ini, mungkin secara statistik sudah cukup besar, mengingat saat ini PLN
Area Watampone memiliki rasio elektrifikasi 97.26%. Walaupun rasio elektrifikasi
sudah mencapai 97.26%, tetapi PLN Watampone tidak akan pernah mengabaikan 3.74%
sisanya, karena tetap bagaimanapun 3.74% saudara kita berhak menikmati
kehangatan listrik.
|
Ilustrasi : Aktifitas tanpa
listrik di malam hari. Sumber : Sinar Harapan.co
|
Salah
satunya daerah dari 3.74% yang belum menikmati listrik adalah Kecamatan
Bontocani. Bontocani merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah
Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Kecamatan Bontocani memiliki 11 desa, yaitu :
Desa Kahu, Desa Bana, Desa Bontojai, Desa Bulusirua, Desa Ere Cinnong, Desa
Lamoncong, Desa Langi, Desa Mattiro Walie, Desa Pamusureng, Desa Pattuku, dan
yang terakhir Desa Watangcani. Dari 11 desa tersebut hanya ada satu desa yang
telah mencicipi listrik, yakni Desa Bontojai, itupun hanya menyala dari pukul
18.00 sampai 00.00 WITA. Hal ini dikarenakan penyokong aliran listrik yang berasal
dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) hanya memiliki kapasitas 2 x 40 KW
(lebih lengkap dapat dibaca di tulisan panjangnyarute offroad menuju kantor pelayanan bontojai dan satu kali dayung, dua tiga pulau terlampaui).
Bayangkan, Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah
merdeka 69 tahun lalu tapi sampai sekarang masih ada yang belum mendapatkan
listrik??? bukankah hal ini sungguh
sangat ironis, di saat kita sudah bertahun-tahun dapat menikmati manfaat dari
televisi, rice cooker, pompa air, atau bahkan tanpa disadari terkadang kita malah
melakukan pemborosan listrik, ternyata masih ada saudara kita yang bergelut
dengan kegelapan dan kebutaan.
Kebutaan??? Betul..karena tanpa adanya listrik,
arus informasi yang diterima sangat-sangat terhambat, sehingga hal tersebut
menyebabkan masyarakat menjadi buta akan informasi atau menurut bahasa kerenya “Kudet”
atau “kurang update”. Kalau Pak Nur Kawali (Asman Pelayanan & Adm)
mengisahkan, “Kita semua telah menunaikan kewajiban sebagai warga negara
indonesia dengan memilih presiden dan wakil presiden RI ke-7,tapi bisa jadi kita
tidak tahu siapa yang menang” :D (bisa saja ini Pak Nur).
Tibalah
saatnya, buah dari kesabaran masyarakat Bontocani pun tiba. Usulan listrik di Desa
Pamusureng dan Desa Bana, dapat terealisasi di tengah tahun ini melalui progran
Listrik Perdesaan (Lisdes)2014. Alhamdulillah sesuatu banget untuk masyarakat Desa
Pamusureng dan Desa Bana. :D
Karena
listrik merupakan hal baru untuk masyarakat Desa Pamusureng dan Desa Bana,
pemerintah kecamatan Bontocani bekerjasama dengan PLN Area Watampone
berinisiatif untuk memberikan edukasi dan pemahaman mengenai kelistrikan kepada
masyarakat Desa Pamusureng dan Desa Bana. Tak disangka-sangka antusiasme
masyarakat Desa Pamusureng dan Desa Bana untuk mendapatkan informasi
kelistrikan cukup tinggi, sehingga masyarakat melalui Kepala Kecamatan
Bontocani menyampaikan bahwa masyarakat Desa Pamusureng dan Desa Bana siap berkumpul
untuk menerima informasi kelistrikan pada tanggal 16 September 2014.
Tepat pukul
09.00 WITA, mobil innova DW 1021 AD yang membawa Pak Nur Kawali (Asman
Pelayanan dan Adm), Pak Hasbi (Analyst Kinerja), dan Mas Aji (Tim OPI) yang dipiloti
oleh Pak Mansyur untuk menuju lokasi sosialisasi. Saking semangatnya tanpa
disadari jarak ±80 KM pun terlewati dan sampailah di Kantor Pelayanan Balle.
Yap.. Kantor Pelayanan Balle adalah lokasi Tim Area dan Tim Rayon
Patangkai janjian untuk bertemu. Kenapa Rayon
Patangkai? Karena Kecamatan Bontocani masuk di wilayah kerja Rayon Patangkai.
Tim Rayon Patangkai sendiri terdiri dari Pak Nasrul Ansar (Manra Patangkai),
Pak H Syamsuddin (Spv Adm Patangkai), Pak Bahar (Pegawai PLN KP Balle) dan Mbak
Irma (Alih Daya Rayon Patangkai).
|
Rute perjalanan menuju Pamusureng |
Tim
Sosialisasi pun berangkat menuju ke lokasi pertama, yakni Desa Pamusureng. Kawan
pintar tentu masih ingat jalan off road yang harus dilewati Tim OPI menuju ke
PLTD Bontojai. Nah, “intro” jalan itulah yang mesti dilewati untuk menuju ke
Desa Pamusureng. Karena memang letak Desa Pamusureng searah dengan jalan menuju
ke PLTD Bontojai.
Setelah
perjalanan yang cukup sulit, pukul 11.00 WITA Tim Sosialisasi akhirnya sampai
di lokasi. Yakni di Desa Pamusureng, sosialisasi
pun dibuka oleh Pak H Ibrahim (Camat Bontocani) yang kemudian dilanjutkan
pemaparan dari Dinas ESDM yang diwakili oleh Pak M. Nasrum, pemaparan dari
pihak PT Mulya Mandiri selaku Vendor Pelaksana, yang diwakili oleh Pak Abd
Rahman, dan yang terakhir dari Pihak PLN Watampone yakni oleh Pak Nur Kawali.
|
Pak H
Ibrahim (Camat Bontocani) membuka sosialisasi dengan penuh semangat |
|
Pak M Nasrum (Dinas
ESDM) (Atas) Pak Abd
Rahman (Vendor pelaksana) (bawah) menjelaskan tentang pentingnya dukungan masyarakat
|
Sosialisasi
disambut cukup antusias oleh masyarakat desa pamusureng, terlebih lagi saat
mendiskusikan tentang biaya penyambungan pasang baru dan perampalan pohon di
sekitar lokasi yang nantinya akan
dilewati jaringan listrik. Hal ini cukup dimengerti oleh PLN karena banyak
masyarakat kita yang belum memahami perbedaan antara biaya penyambungan dan
biaya instalasi listrik di dalam rumah.
|
Warga dengan
serius mendengarkan materi sosialisasi
|
Jangankan di
tempat yang sangat minim informasi, di masyarakat yang sudah tersentuh internet
pun, sebagian besar belum memahami mengenai hal ini. Kawan pintar perlu
mengetahui, bahwa biaya penyambungan yang diterima PLN adalah sebagai berikut :
1. Daya ≤
2.200 VA : per VA nya adalah
Rp. 750
2. Daya ≤
197.000 VA : per VA nya adalah Rp.
775
3. Daya
< 30.000.000 VA : per VA nya
adalah Rp. 505
4. Daya ≥
30.000.000 VA : per VA nya adalah Rp. 395
Semisal
kawan pintar akan melakukan penyambungan baru daya 2200 VA, maka Biaya
Penyambungannya adalah 2200 VA x Rp. 750 = Rp. 1.650.000.
Nah, karena
biaya penyambungannya, di atas satu juta rupiah maka kawan pintar mesti membayar
biaya materai Rp. 6.000. dan jangan lupa kawan pintar membeli token/pulsa
perdananya, sehingga ketika sudah di pasang, listrik langsung bisa digunakan.
Jika kawan pintar membeli pulsa perdana sebesar Rp. 20.000, maka total yang
harus dibayarkan ke PLN adalah 1.650.000 + 6.000 + 20.000 = Rp 1.676.000. Pembayaran
dapat dilakukan di Bank, PPOB, Kantor Pos, ATM, Internet Banking dengan
menyerahkan 13 digit Nomor Registrasi yang didapat saat mendaftar di PLN.
Oya, perlu kawan
pintar ketahui juga, saat ini untuk melakukan permohonan mengenai kelistrikan
(Pasang Baru, Ubah Daya, Migrasi, Pesta, dll), kawan pintar tidak perlu datang
langsung ke Kantor PLN, karena PLN telah membuka Contact Center 123 (CC123)
yang dapat diakses di seluruh indonesia. Jadi, bila ingin bermohon, kawan
pintar tinggal duduk manis di rumah kemudian mengakses CC123, yang dapat
melalui :
1. Telepon
Handphone :
kode area + 123
Telepon rumah : 123
2. Website internet : www.pln.co.id
3. Media Sosial
Facebook :
PLN 123
Twitter :
@pln_123
Email :
pln123@pln.co.id
Mudahkan kawan pintar ??? Kalau
bisa sendiri kenapa harus diwakili? Terkecuali
untuk daerah yang belum teraliri listrik dan belum ada signal telepon, seperti
halnya Desa Pamusureng, maka permohonan mesti datang ke Kantor PLN terdekat,
dalam hal ini Kantor PLN Rayon Patangkai. Jangan lupa, instalasi di dalam rumah
harus laik operasi, yang dinyatakan dengan adanya Sertifikat Laik Operasi (SLO)
yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi.
|
Antusias
warga dalam menanggapi materi sosialisasi
|
Kembali ke
Laptop.... :D Acarapun berlangsung sangat menarik, masalah pohon merupakan
topik yang tidak kalah serunya. Kenapa? Mungkin bisa dimengerti pula,
kebanyakan masyarakat di desa Desa Pamusureng dan Desa Bana merupakan petani
Cengkeh. Bagaimana mereka tidak berat hati, ketika pohon yang bisa menghasilkan
jutaan rupiah bahkan ratusan juta ini dikorbankan ditebas demi mendapatkan
listrik. Masalah ini cukup rumit, karena ada beberapa masyarakat merasa
keberatan kalau pohon yang sudah ditanam belasan tahun harus ditebang begitu
saja. Setelah berdebat cukup lama, akhirnya munculah pertanyaan, “Perampalan
pohon itu untuk siapa ?” yang membuat hening ruangan sosialisasi yang semula
cukup riuh
|
Pak Nur Kawali (Asman PP & Adm) dengan semangat memberikan penjelasan kpd masyarakat |
Pada
dasarnya perampalan pohon itu ya untuk warga masyarakat sendiri. Karena ketika
pohon dapat dirampal sehingga menjauhi jaringan listrik, maka jaringan listrik
pun akan dapat ditarik dan pada akhirnya listrik pun dapat dinikmati warga
masyarakat sendiri. Menimpal pertanyaan tersebut Pak Nur Kawali pun bertanya kembali “jadi mau
menggunakan listrik tidak..??” secara serentak masyarakat mengatakan
“mauuuuuuuuuuuuuuuu.........”. lanjut Pak Nur “jadi pohonnya ikhlas kalau dirampal?”
secara bersamaan pula warga mengatakan “ikhlassssssssssssss........”. kemudian
seluruh ruangan bertepuk tangan dan semua wajah tersenyum bahagia karena
akhirnya seluruh warga Desa Pamusureng satu suara. Hal ini lah yang diinginkan
oleh semua pihak dalam acara sosialisasi ini, yakni, dengan satu suaranya
masyarakat maka akan memperlancar pembangunan jaringan listrik di Desa
Pamusureng.
|
Tidak lupa berfoto bersama dengan masyarakat Desa Pamusureng |
Tak
terasa waktu telah menunjukkan waktu pukul 13.00 WITA, sejenak setelah
istirahat untuk menunaikan ibadah Sholat Dhuhur dan menikmati hidangan yang
telah disediakan oleh penduduk setempat. Tim Sosialisasi bersama Pak H Ibrahim
(Camat Bontocani), Pak M. Nasrum (Dinas ESDM ), Pak Abd Rahman (Vendor
Pelaksana), Pak Sudirman (Danramil 1407), dan Pak Hersusanto (Kanit Intel
Sektor Bontocani) berpamitan dengan warga dan menuju ke lokasi ke-2, yakni Desa
Bana.
|
Rute medan yang terjal menuju Desa Bana |
Perjalanan
pun ditempuh cukup lama, desa yang berjarak 20 Km itu harus ditempuh selama 1,5
jam lebih, mengingat medan yang cukup luar biasa. Perlu kawan pintar ketahui
bahwa beberapa jalan yang Tim
Sosialisasi dan rombongan lalui hanya mampu dilewati satu mobil. Jika
berpapasan dengan motor, maka motor harus benar-benar mencari tempat yang
sedikit lebar, agar mobil dapat tetap jalan. Nah, kalau papasan dengan mobil?
Coba kawan pintar tebak...
Untungnya hal itu tidak pernah terjadi. Lah kok bisa?
Ya, karena sebelum Tim Sosialisasi lewat ada beberapa warga yang berinisiatif mengamankan
dan standby disetiap ujung jalan untuk menahan mobil yang akan melewati jalan
tersebut. Hal itu dilakukan agar perjalanan Tim Sosialisasi tidak terhambat. Hebatnya
lagi, hal itu telah dilakukan sejak pertama kali Tim Sosialisasi akan menuju ke
Desa Pamusureng. Ini merupakan sambutan luar biasa yang dapat kita pelajari dan
kita sadar bahwa alangkah indahnya sebuah perjuangan itu.
|
Pak Nasrul Ansar (MR Patangkai) mengeluarkan keahliannya sebagai ahli kelistrikan mobil |
Perjuangan
Tim Sosialisasi pun tidak berhenti sampai di situ, ditengah perjalanan menuju
Desa Bana, mobil yang ditumpangi oleh rombongan Rayon Patangkai bermasalah. Setelah
berhenti sejenak untuk diperiksa, ternyata suara-suara yang timbul di mobil
bersumber dari aki yang bergoncang karena pengaitnya lepas. Karena Tim
Sosialisasi tidak membawa peralatan perbengkelan, sehingga mau tidak mau, untuk
sementara aki harus diikat menggunakan tali. Tapi... eng ing engg... talipun
tidak ada. Karena sudah kepepet, akhirnya Tim Sosialisasi menggunakan kain
bekas yang biasa digunakan untuk membersihkan mobil. Kain dirobek dijadikan
beberapa bagian, kemudian diikatkan agar aki tidak bergoncang lagi.
|
Pak Nur
Kawali (tengah), Pak M Nasrum (kiri), dan Pak Abd Rahman (kanan) terlihat
menuju tempat sosialisasi
|
Setelah menempuh perjalanan yang luar biasa, tim sosialisasi pun melanjutkan perjalanan kembali, dan setelah cukup panjang,
sekitar pukul 14.30 WITA Tim Sosialisasi bersama rombongan sampai di lokasi yang
kedua, yakni, Desa Bana. Sosialisasi pun
dihadiri cukup banyak warga, bahkan lebih banyak dari lokasi pertama. Tanpa
istirahat terlebih dahulu, Pak H Ibrahim (Camat Bontocani) membuka sosialisasi
yang dilaksanakan di SD No. 296 Bana itu.
|
Pak H
Ibrahim (Camat Bontocani) (Atas) & Pak Nurkawali (bawah) memberikan materi sosialisasi |
Sosialisasi
pun berjalan menarik, dan lagi-lagi pertanyaan yang paling sering muncul adalah
pertanyaan mengenai biaya yang harus dikeluarkan untuk penyambungan listrik
serta perampalan pohon. Belajar dari sosialisasi yang pertama, maka Tim dapat menjelaskan
dengan sangat baik mengenai dua hal tersebut, pun dengan pertanyaan yang lain.
Tim Sosialisasi juga merasa beruntung karena di Desa Bana ada "Petta Desa" (sebutan
bagi bangsawan yang menjabat kepala desa) yang ikut membantu memberikan
pemahaman kepada masyarakat Bana, sehingga sosialisasi pun berjalan dengan
lancar, aman, tertib dan terkendali. Loh.. : D.
|
Warga
mendengarkan dengan seksama materi sosialisasi
|
Tak terasa
waktu telah menunjukkan pukul 16.30 WITA, segera setelah menunaikan ibadah
Sholat Ashar dan sejenak menikmati kopi asli Desa Bana, Tim Sosialisasi
berpamitan kepada seluruh warga Desa Bana dan meluncur pulang ke Watampone.
|
Berpose
bersama sebelum kembali ke Watampone
|
Seperti
itulah sepenggal kisah yang telah dilewati oleh Tim Sosialisasi, demi secuil
informasi kelistrikan untuk Kecamatan Bontocani. Tidak lupa PLN Watampone
mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh warga Desa Pamusureng dan Desa Bana
yang telah banyak berkorban demi kelangsungan acara sosialisasi ini. Kita semua
berdoa agar Desa Pamusureng dan Desa Bana segera merasakan kenikmatan
menggunakan listrik. Amiennnnnn....
”keindahan sesungguhnya dalam sebuah
perjuangan bukan pada hasilnya, tapi kenikmatan-kenikmatan yang timbul dari
proses perjuangan tadi”