Jumat, 26 September 2014

MENGHADAPI MUSIM MAPPASAJANG




“Hujan mati listrik, saat cerahpun tidak jauh beda, bagaimana sih PLN, mana kalau pemadaman listrik tanpa pemberitahuan lagi..”, kalimat itulah yang barangkali sering diucapkan “Kawan Pintar” saat mengalami mati listrik dihari-hari ini. Bulan September ini, cuaca di sekitar Bone dan Wajo memang cerah, jarang sekali berawan apalagi hujan. Apalagi setelah musim panen, angin berhembus lumayan kencang. Cukup kencang untuk menerbangkan layang-layang. Tidak heran dibulan ini bila kita melihat langit, akan banyak “pasajang” (bahasa bugis untuk layang-layang) menghias angkasa. Bentuknya rupa-rupa, warnanya pun sedap dipandang mata. Kalau tidak percaya bisa dilihat dari gambar dibawah ini (gambar layang-layang di Maros, yang kami ambil dari FB Bapak Jufriadi Juve Darma (MR Pekkabata Area Pinrang)) :


Layang-layang unik yang menghias senja di kota Maros

Mesti tidak sedramatis gambar diatas, pasajang yang menghias langit di Bone dan Wajo tidak jauh beda. Pasajang memang sebuah permainan rakyat yang menyenangkan. Tapi taukah “Kawan Pintar” kalau pasajang itu terkadang menjadi penyebab mati listrik yang “Kawan Pintar” alami. Memang ada hubungannya? Tentu ada, dan buktinyapun ada beberapa.

Salah satu komitmen yang dilaksanakan di PLN Area Watampone, adalah bila ada feeder atau penyulang mengalami trip atau mati listrik dari Gardu Induk, meski hanya bersifat temporer (mati listrik yang dialami “Kawan Pintar” kurang dari 5 menit), maka petugas garis depan akan mencari penyebabnya sampai ketemu. Ternyata di bulan September ini banyak diketemukan pasajang atau arku pasajang yang kandas di jaringan SUTM menjadi penyebabnya.

Petugas garis depan PLN Area Watampone bersiap menginvestigasi penyebab feeder trip

Mungkin agak susah diterima akal bagaimana pasajang dapat menyebabkan mati listrik, tapi itulah kenyataannya. Terkadang saat “mappasajang” (bahasa bugis untuk bermain layang-layang) karena ingin menang saat mengadu pasajang, ada sebagian pemain pasajang yang menggunakan benang bermaterial logam. Memang sangat jagoan saat mengadu pasajang, tetapi itu menyimpan bahaya. Jaringan SUTM milik PLN yang terdiri dari tiga (3) urat kabel telanjang (kabel tanpa isolasi), akan beradu fasa saat benang bermaterial logam kandas (menyangkut) di SUTM tersebut. Akibatnya listrik akan mati, karena proteksi peralatan di Gardu Induk bekerja. Bila proteksi tidak bekerja akan timbul ledakan yang besar, dan membahayakan orang dan lingkungan yang berada di sekitar jaringan listrik.

Rangka dan benang pasajang memang bukan logam yang bersifat konduktor, tetapi bila dalam keadaan basah (akibat hujan atau embun) akan bersifat konduktor dan mengalirkan arus listrik. Akibatnya pasajang yang kandas di SUTM menyebabkan shortcircuit/ korslet/ hubungan arus pendek apabila cuaca hujan atau mengembun pada dinihari, akibatnya proteksi di Gardu Induk bekerja dan menyebabkan mati listrik.

Terkadang pada saat asik bermain pasajang, tanpa disengaja pasajang tersebut tersangkut di SUTM. Tentunya para penghobi pasajang tersebut tidak ingin kehilangan pasajang kesayangannya, sehingga mereka dengan paksa menarik pasajang supaya terlepas dari SUTM. Akan tetapi hal itu bisa mengakibatkan kabel SUTM bersentuhan dan terjadi shortcircuit/ korslet/ hubungan arus pendek. Alhasil listrik akan padam karena proteksi di Gardu induk bekerja. 

Bahaya yang muncul adalah orang yang menarik pajasang tadi dapat terkena tegangan sentuh (Tersengat Listrik) yang besarnya 20.000 Volt. Padahal kekuatan tubuh manusia hanya mampu menerima tegangan sentuh sebesar 100 Volt dengan waktu maksimal 1 detik. Maka akan sangat berbahaya bila bermain pasajang didekat SUTM.

Untuk lebih jelasnya mari kita lihat bukti-bukti yang diketemukan oleh para petugas garis depan PLN Area Watampone pada saat menginvestigasi jaringan pada gambar berikut:

Pasajang penyebab gangguan hasil investigasi Pegawai PPdist Kantor Pelayanan Ulaweng

Sisa rangka pasajang yang terbakar karena kandas di SUTM

Sisa rangka pasajang yang terbuat dari bambu pada saat basah akan bersifat konduktor. Dan menghubungkan antar fasa kabel SUTM sehingga terjadi shortcircuit/ korslet/ hubungan arus pendek dan menimbulkan bunga api.

Benang dan pasajang yang menyangkut di SUTM

Ekor pasajang yang panjang menghubungkan dua (2) kabel SUTM

Pasajang yang menyangkut di SUTM

Benang pasajang yang menyangkut di SUTM akan menghubungkan kabel SUTM, apalagi benang yang terbuat dari material logam. Pasti akan langsung terjadi shortcircuit/ korslet/ hubungan arus.

Pembersihan pasajang di SUTM (ini menggunakan stik khusus 20 kV lho ya, bukan bambu)

Pasajang yang tersangkut (kandas) di SUTM apabila dipaksa ditarik, akan mengakibatkan kabel SUTM bersentuhan.

Bukan karena kami melarang untuk bermain pasajang. Tetapi karena selain dapat menyebabkan listrik padam, tetapi juga dapat membahayakan manusia, lingkungan dan peralatan disekitar. Oleh karena itu kami menghimbau:

1). Bermain Pasajang hendaknya ditempat terbuka, seperti lapangan, pesawahan (tapi jangan sampai merusak sawah orang, apalagi kalo sedang mau dipanen, jadi lebih baik cari tempat yang aman aja).

2). Hindari bermain pasajang dekat jaringan listrik, bisa menimbulkan padam kalau pasajang bersentuhan dengan kawat listrik, apalagi kalau saling beradu antara kawat satu dengan kawat lainya, udah pasti padam.

3). Tidak menggunakan/memasang ekor pasajang yang panjang, biasanya pada pasajang gonggo atau pasajang yang besar.

4). Tidak memainkan pasajang pada malam hari. Kalau malam waktunya belajar atau istirahat.

5). Yang terakhir berdoa, jangan lupa berdoa sebelum bermain pasajang, mudah-mudahan aman, selamat dan pasajang bisa diterbangkan.




Selasa, 23 September 2014

SECUIL INFORMASI KELISTRIKAN UNTUK KECAMATAN BONTOCANI





Seperti yang kawan pintar sudah ketahui, wilayah asuhan PLN Area Watampone terdiri dari dua kabupaten yakni Kabupaten Bone dan Kabupaten Wajo. Saat ini jumlah pelanggan PLN Watampone sebesar 226.646 pelanggan, untuk Kabupaten Bone 147.623 pelanggan dan untuk Kabupaten Wajo 79.023 pelanggan (data per 31 agustus 2014). Angka 226.646 ini, mungkin secara statistik sudah cukup besar, mengingat saat ini PLN Area Watampone memiliki rasio elektrifikasi 97.26%. Walaupun rasio elektrifikasi sudah mencapai 97.26%, tetapi PLN Watampone tidak akan pernah mengabaikan 3.74% sisanya, karena tetap bagaimanapun 3.74% saudara kita berhak menikmati kehangatan listrik. 
Ilustrasi : Aktifitas tanpa listrik di malam hari. Sumber : Sinar Harapan.co


Salah satunya daerah dari 3.74% yang belum menikmati listrik adalah Kecamatan Bontocani. Bontocani merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Kecamatan Bontocani memiliki 11 desa, yaitu : Desa Kahu, Desa Bana, Desa Bontojai, Desa Bulusirua, Desa Ere Cinnong, Desa Lamoncong, Desa Langi, Desa Mattiro Walie, Desa Pamusureng, Desa Pattuku, dan yang terakhir Desa Watangcani. Dari 11 desa tersebut hanya ada satu desa yang telah mencicipi listrik, yakni Desa Bontojai, itupun hanya menyala dari pukul 18.00 sampai 00.00 WITA. Hal ini dikarenakan penyokong aliran listrik yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) hanya memiliki kapasitas 2 x 40 KW (lebih lengkap dapat dibaca di tulisan panjangnyarute offroad menuju kantor pelayanan bontojai dan satu kali dayung, dua tiga pulau terlampaui).


Bayangkan,  Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah merdeka 69 tahun lalu tapi sampai sekarang masih ada yang belum mendapatkan listrik???  bukankah hal ini sungguh sangat ironis, di saat kita sudah bertahun-tahun dapat menikmati manfaat dari televisi, rice cooker, pompa air, atau bahkan tanpa disadari terkadang kita malah melakukan pemborosan listrik, ternyata masih ada saudara kita yang bergelut dengan kegelapan dan kebutaan. 
Kebutaan??? Betul..karena tanpa adanya listrik, arus informasi yang diterima sangat-sangat terhambat, sehingga hal tersebut menyebabkan masyarakat menjadi buta akan informasi atau menurut bahasa kerenya “Kudet” atau “kurang update”. Kalau Pak Nur Kawali (Asman Pelayanan & Adm) mengisahkan, “Kita semua telah menunaikan kewajiban sebagai warga negara indonesia dengan memilih presiden dan wakil presiden RI ke-7,tapi bisa jadi kita tidak tahu siapa yang menang” :D (bisa saja ini Pak Nur).

Tibalah saatnya, buah dari kesabaran masyarakat Bontocani pun tiba. Usulan listrik di Desa Pamusureng dan Desa Bana, dapat terealisasi di tengah tahun ini melalui progran Listrik Perdesaan (Lisdes)2014. Alhamdulillah sesuatu banget untuk masyarakat Desa Pamusureng dan Desa Bana. :D

Karena listrik merupakan hal baru untuk masyarakat Desa Pamusureng dan Desa Bana, pemerintah kecamatan Bontocani bekerjasama dengan PLN Area Watampone berinisiatif untuk memberikan edukasi dan pemahaman mengenai kelistrikan kepada masyarakat Desa Pamusureng dan Desa Bana. Tak disangka-sangka antusiasme masyarakat Desa Pamusureng dan Desa Bana untuk mendapatkan informasi kelistrikan cukup tinggi, sehingga masyarakat melalui Kepala Kecamatan Bontocani menyampaikan bahwa masyarakat Desa Pamusureng dan Desa Bana siap berkumpul untuk menerima informasi kelistrikan pada tanggal 16 September 2014. 

Tepat pukul 09.00 WITA, mobil innova DW 1021 AD yang membawa Pak Nur Kawali (Asman Pelayanan dan Adm), Pak Hasbi (Analyst Kinerja), dan Mas Aji (Tim OPI) yang dipiloti oleh Pak Mansyur untuk menuju lokasi sosialisasi. Saking semangatnya tanpa disadari jarak ±80 KM pun terlewati dan sampailah di Kantor Pelayanan Balle. Yap.. Kantor Pelayanan Balle adalah lokasi Tim Area dan Tim Rayon Patangkai  janjian untuk bertemu. Kenapa Rayon Patangkai? Karena Kecamatan Bontocani masuk di wilayah kerja Rayon Patangkai. Tim Rayon Patangkai sendiri terdiri dari Pak Nasrul Ansar (Manra Patangkai), Pak H Syamsuddin (Spv Adm Patangkai), Pak Bahar (Pegawai PLN KP Balle) dan Mbak Irma (Alih Daya Rayon Patangkai).
 
Rute perjalanan menuju Pamusureng
Tim Sosialisasi pun berangkat menuju ke lokasi pertama, yakni Desa Pamusureng. Kawan pintar tentu masih ingat jalan off road yang harus dilewati Tim OPI menuju ke PLTD Bontojai. Nah, “intro” jalan itulah yang mesti dilewati untuk menuju ke Desa Pamusureng. Karena memang letak Desa Pamusureng searah dengan jalan menuju ke PLTD Bontojai.



Setelah perjalanan yang cukup sulit, pukul 11.00 WITA Tim Sosialisasi akhirnya sampai di lokasi. Yakni di Desa Pamusureng, sosialisasi pun dibuka oleh Pak H Ibrahim (Camat Bontocani) yang kemudian dilanjutkan pemaparan dari Dinas ESDM yang diwakili oleh Pak M. Nasrum, pemaparan dari pihak PT Mulya Mandiri selaku Vendor Pelaksana, yang diwakili oleh Pak Abd Rahman, dan yang terakhir dari Pihak PLN Watampone yakni oleh Pak Nur Kawali.

Pak H Ibrahim (Camat Bontocani) membuka sosialisasi dengan penuh semangat
Pak M Nasrum (Dinas ESDM) (Atas) Pak Abd Rahman (Vendor pelaksana) (bawah) menjelaskan tentang pentingnya dukungan masyarakat

Sosialisasi disambut cukup antusias oleh masyarakat desa pamusureng, terlebih lagi saat mendiskusikan tentang biaya penyambungan pasang baru dan perampalan pohon di sekitar lokasi  yang nantinya akan dilewati jaringan listrik. Hal ini cukup dimengerti oleh PLN karena banyak masyarakat kita yang belum memahami perbedaan antara biaya penyambungan dan biaya instalasi listrik di dalam rumah.


Warga dengan serius mendengarkan materi sosialisasi


Jangankan di tempat yang sangat minim informasi, di masyarakat yang sudah tersentuh internet pun, sebagian besar belum memahami mengenai hal ini. Kawan pintar perlu mengetahui, bahwa biaya penyambungan yang diterima PLN adalah sebagai berikut :
1.       Daya  ≤ 2.200 VA              : per VA nya adalah Rp. 750
2.       Daya  ≤ 197.000 VA        : per VA nya adalah Rp. 775
3.       Daya  < 30.000.000 VA : per VA nya adalah Rp. 505
4.       Daya  ≥ 30.000.000 VA : per VA nya adalah Rp. 395

Semisal kawan pintar akan melakukan penyambungan baru daya 2200 VA, maka Biaya Penyambungannya adalah 2200 VA x Rp. 750 = Rp. 1.650.000. 

Nah, karena biaya penyambungannya, di atas satu juta rupiah maka kawan pintar mesti membayar biaya materai Rp. 6.000. dan jangan lupa kawan pintar membeli token/pulsa perdananya, sehingga ketika sudah di pasang, listrik langsung bisa digunakan. Jika kawan pintar membeli pulsa perdana sebesar Rp. 20.000, maka total yang harus dibayarkan ke PLN adalah 1.650.000 + 6.000 + 20.000 = Rp 1.676.000. Pembayaran dapat dilakukan di Bank, PPOB, Kantor Pos, ATM, Internet Banking dengan menyerahkan 13 digit Nomor Registrasi yang didapat saat mendaftar di PLN.



Oya, perlu kawan pintar ketahui juga, saat ini untuk melakukan permohonan mengenai kelistrikan (Pasang Baru, Ubah Daya, Migrasi, Pesta, dll), kawan pintar tidak perlu datang langsung ke Kantor PLN, karena PLN telah membuka Contact Center 123 (CC123) yang dapat diakses di seluruh indonesia. Jadi, bila ingin bermohon, kawan pintar tinggal duduk manis di rumah kemudian mengakses CC123, yang dapat melalui :
1. Telepon
Handphone                     : kode area + 123
Telepon rumah                : 123
2. Website internet             : www.pln.co.id
3. Media Sosial                     
Facebook                        : PLN 123
Twitter                             : @pln_123
Email                               : pln123@pln.co.id

Mudahkan kawan pintar ??? Kalau bisa sendiri kenapa harus diwakili? Terkecuali untuk daerah yang belum teraliri listrik dan belum ada signal telepon, seperti halnya Desa Pamusureng, maka permohonan mesti datang ke Kantor PLN terdekat, dalam hal ini Kantor PLN Rayon Patangkai. Jangan lupa, instalasi di dalam rumah harus laik operasi, yang dinyatakan dengan adanya Sertifikat Laik Operasi (SLO) yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi.


Antusias warga dalam menanggapi materi sosialisasi


Kembali ke Laptop.... :D Acarapun berlangsung sangat menarik, masalah pohon merupakan topik yang tidak kalah serunya. Kenapa? Mungkin bisa dimengerti pula, kebanyakan masyarakat di desa Desa Pamusureng dan Desa Bana merupakan petani Cengkeh. Bagaimana mereka tidak berat hati, ketika pohon yang bisa menghasilkan jutaan rupiah bahkan ratusan juta ini dikorbankan ditebas demi mendapatkan listrik. Masalah ini cukup rumit, karena ada beberapa masyarakat merasa keberatan kalau pohon yang sudah ditanam belasan tahun harus ditebang begitu saja. Setelah berdebat cukup lama, akhirnya munculah pertanyaan, “Perampalan pohon itu untuk siapa ?” yang membuat hening ruangan sosialisasi yang semula cukup riuh

Pak Nur Kawali (Asman PP & Adm) dengan semangat memberikan penjelasan kpd masyarakat


Pada dasarnya perampalan pohon itu ya untuk warga masyarakat sendiri. Karena ketika pohon dapat dirampal sehingga menjauhi jaringan listrik, maka jaringan listrik pun akan dapat ditarik dan pada akhirnya listrik pun dapat dinikmati warga masyarakat sendiri. Menimpal pertanyaan tersebut Pak Nur  Kawali pun bertanya kembali “jadi mau menggunakan listrik tidak..??” secara serentak masyarakat mengatakan “mauuuuuuuuuuuuuuuu.........”. lanjut Pak Nur “jadi pohonnya ikhlas kalau dirampal?” secara bersamaan pula warga mengatakan “ikhlassssssssssssss........”. kemudian seluruh ruangan bertepuk tangan dan semua wajah tersenyum bahagia karena akhirnya seluruh warga Desa Pamusureng satu suara. Hal ini lah yang diinginkan oleh semua pihak dalam acara sosialisasi ini, yakni, dengan satu suaranya masyarakat maka akan memperlancar pembangunan jaringan listrik di Desa Pamusureng.

Tidak lupa berfoto bersama dengan masyarakat Desa Pamusureng


Tak terasa waktu telah menunjukkan waktu pukul 13.00 WITA, sejenak setelah istirahat untuk menunaikan ibadah Sholat Dhuhur dan menikmati hidangan yang telah disediakan oleh penduduk setempat. Tim Sosialisasi bersama Pak H Ibrahim (Camat Bontocani), Pak M. Nasrum (Dinas ESDM ), Pak Abd Rahman (Vendor Pelaksana), Pak Sudirman (Danramil 1407), dan Pak Hersusanto (Kanit Intel Sektor Bontocani) berpamitan dengan warga dan menuju ke lokasi ke-2, yakni Desa Bana.
Rute medan yang terjal menuju Desa Bana


Perjalanan pun ditempuh cukup lama, desa yang berjarak 20 Km itu harus ditempuh selama 1,5 jam lebih, mengingat medan yang cukup luar biasa. Perlu kawan pintar ketahui bahwa beberapa  jalan yang Tim Sosialisasi dan rombongan lalui hanya mampu dilewati satu mobil. Jika berpapasan dengan motor, maka motor harus benar-benar mencari tempat yang sedikit lebar, agar mobil dapat tetap jalan. Nah, kalau papasan dengan mobil? Coba kawan pintar tebak... 


Untungnya  hal itu tidak pernah terjadi. Lah kok bisa? Ya, karena sebelum Tim Sosialisasi lewat ada beberapa warga yang berinisiatif mengamankan dan standby disetiap ujung jalan untuk menahan mobil yang akan melewati jalan tersebut. Hal itu dilakukan agar perjalanan Tim Sosialisasi tidak terhambat. Hebatnya lagi, hal itu telah dilakukan sejak pertama kali Tim Sosialisasi akan menuju ke Desa Pamusureng. Ini merupakan sambutan luar biasa yang dapat kita pelajari dan kita sadar bahwa alangkah indahnya sebuah perjuangan itu.
 
Pak Nasrul Ansar (MR Patangkai) mengeluarkan keahliannya sebagai ahli kelistrikan mobil

Perjuangan Tim Sosialisasi pun tidak berhenti sampai di situ, ditengah perjalanan menuju Desa Bana, mobil yang ditumpangi oleh rombongan Rayon Patangkai bermasalah. Setelah berhenti sejenak untuk diperiksa, ternyata suara-suara yang timbul di mobil bersumber dari aki yang bergoncang karena pengaitnya lepas. Karena Tim Sosialisasi tidak membawa peralatan perbengkelan, sehingga mau tidak mau, untuk sementara aki harus diikat menggunakan tali. Tapi... eng ing engg... talipun tidak ada. Karena sudah kepepet, akhirnya Tim Sosialisasi menggunakan kain bekas yang biasa digunakan untuk membersihkan mobil. Kain dirobek dijadikan beberapa bagian, kemudian diikatkan agar aki tidak bergoncang lagi.


Pak Nur Kawali (tengah), Pak M Nasrum (kiri), dan Pak Abd Rahman (kanan) terlihat menuju tempat sosialisasi

Setelah menempuh perjalanan yang luar biasa, tim sosialisasi pun melanjutkan perjalanan kembali, dan setelah cukup panjang, sekitar pukul 14.30 WITA Tim Sosialisasi bersama rombongan sampai di lokasi yang kedua, yakni, Desa Bana. Sosialisasi pun dihadiri cukup banyak warga, bahkan lebih banyak dari lokasi pertama. Tanpa istirahat terlebih dahulu, Pak H Ibrahim (Camat Bontocani) membuka sosialisasi yang dilaksanakan di SD No. 296 Bana itu.

Pak H Ibrahim (Camat Bontocani) (Atas) & Pak Nurkawali (bawah) memberikan materi sosialisasi

Sosialisasi pun berjalan menarik, dan lagi-lagi pertanyaan yang paling sering muncul adalah pertanyaan mengenai biaya yang harus dikeluarkan untuk penyambungan listrik serta perampalan pohon. Belajar dari sosialisasi yang pertama, maka Tim dapat menjelaskan dengan sangat baik mengenai dua hal tersebut, pun dengan pertanyaan yang lain. Tim Sosialisasi juga merasa beruntung karena di Desa Bana ada "Petta Desa" (sebutan bagi bangsawan yang menjabat kepala desa) yang ikut membantu memberikan pemahaman kepada masyarakat Bana, sehingga sosialisasi pun berjalan dengan lancar, aman, tertib dan terkendali. Loh.. : D.

Warga mendengarkan dengan seksama materi sosialisasi

Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 16.30 WITA, segera setelah menunaikan ibadah Sholat Ashar dan sejenak menikmati kopi asli Desa Bana, Tim Sosialisasi berpamitan kepada seluruh warga Desa Bana dan meluncur pulang ke Watampone.

Berpose bersama sebelum kembali ke Watampone

Seperti itulah sepenggal kisah yang telah dilewati oleh Tim Sosialisasi, demi secuil informasi kelistrikan untuk Kecamatan Bontocani. Tidak lupa PLN Watampone mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh warga Desa Pamusureng dan Desa Bana yang telah banyak berkorban demi kelangsungan acara sosialisasi ini. Kita semua berdoa agar Desa Pamusureng dan Desa Bana segera merasakan kenikmatan menggunakan listrik. Amiennnnnn....


”keindahan sesungguhnya dalam sebuah perjuangan bukan pada hasilnya, tapi kenikmatan-kenikmatan yang timbul dari proses perjuangan tadi”