Rabu, 14 Mei 2014

"Mengarungi" gelapnya Malam, demi "Segenggam berlian" bernama kepuasan pelanggan di PLN Area Watampone




Tentu kita pernah mendengar orang berseloroh dalam nada canda, demi “sesuap nasi” dan “segenggam berlian”. Saat mendengar “Segenggam berlian”, apa yang ada di benak para kawan pintar ya ? Harta kekayaan yang banyak kah ? Uang tunai berkoper-koper kah ? setumpuk perhiasan, emas, dan permata kah ? atau ada yang lain kah ? Frasa “segenggam berlian” itu, karena menggunakan tanda “petik”, maka bisa diartikan dengan sangat luas. Masing-masing orang boleh berbeda, tidak ada batasan dalam menterjemahkan arti dari “segenggam berlian” itu, tentu juga bagi para “pejuang kelistrikan” di PLN Area Watampone….boleh kan ya ?

Bayangkanlah ketika terjadi mati listrik, di waktu malam hari pula, bagaimana perasaan para kawan pintar yang mengalaminya ? “Gara-Gara mati listrik ini, kita nggak bisa mandi, masak, dan cuci piring juga susah, soalnya kan airnya habis. Pas saya cek kulkas ternyata sayur dan buah juga ikutan rusak”, keluh kawan pintar di sebuah portal berita, saat mengalami mati listrik. Yap mati listrik, apalagi malam hari, memang menjengkelkan, mau ngapa-ngapain juga susah, gelap jadi nggak kelihatan. Mana peralatan elektronik, seperti tivi, kulkas, radio, komputer, dst harus pakai listrik lagi. Gimana sih PLN ? Mati listrik kok tanpa pemberitahuan ? dasar PLN !!!....

Emosi, kejengkelan, kedongkolan, kebencian, bahkan sumpah serapah ditumpahkan pada PLN saat mati listrik itu….apalagi lagi asyik-asyiknya “MAIN GAME ONLINE”, sedang posisi menang, dan belum di”save” lagi….maka seluruh isi kebun binatang pun, pindah semua ke PLN saat mati listrik itu…..telepon, dan kantor PLN penuh sekali dengan isi kebun binatang, saat mati listrik itu…. PLN oh PLN nasibmu saat mati listrik….

Di tengah situasi dan kondisi seperti itu, kira-kira apa ya “segenggam berlian” itu bagi para petugas PLN di garis depan ? ketika kantor, telp, HP penuh dengan “sesuatu banget” saat mati listrik itu, bagaimana ya bentuk “segenggam berlian” bagi para ujung tombak PLN itu ??? …. Rasanya tidak ada yang lebih berharga, di saat mati listrik seperti itu, kecuali “senyum pelanggan”….senyum pelanggan yang muncul kembali, ketika listrik menyala lagi…..bentuk “segenggam berlian” bagi para petugas PLN di garis depan, bernama kepuasan pelanggan ketika listrik nya menyala kembali….

Mati listrik (apalagi di malam hari), akibat terjadinya gangguan pada jaringan PLN, percayalah kawan pintar, tidak pernah diharapkan atau disengaja oleh para petugas PLN di garis depan itu. Sama-sama kerja memperbaiki jaringan, tentu lebih enak siang hari, jaringannya kelihatan oleh sinar mentari, teman di bawah pun bisa turut mengawasi. Tapi demi “segenggam berlian” saat mati listrik itu, kondisi malam hari, kondisi hujan badai, pandangan yang terbatas, peralatan seadanya, akan dijalani oleh para petugas PLN di garis depan itu.

Percayalah kawan pintar, di unit PLN manapun, di seluruh penjuru negeri ini, pasti ada petugas PLN di garis depan, yang akan rela untuk mengarungi gelapnya malam (di tengah hujan badai pula), demi mendapatkan “segenggam berlian” yang bernama (senyum) kepuasan pelanggan itu…sebuah (senyum) kepuasan yang yang datang dari pelanggan ketika listrik menyala kembali. Inilah sebagian kecil cerita para petugas PLN di garis depan, yang rela mengarungi gelapnya malam itu :

(sehubungan keterbatasan pencahayaan akibat mati listrik, maka kualitas gambar yang ada sangat rendah, dan bisa membuat sakit mata, harap maklum….)


Cerita pertama…….
Hari itu, 9 April 2014, pencoblosan baru saja berlalu. Proses perhitungan suara di TPS (khususnya pembuatan Formulir C1 nya) sedang seru-serunya. Saat tiba-tiba sekitar jam empat sore, angin berhembus dengan kencangnya di sekitar kabupaten Bone dan Kabupaten Wajo menjelang petang itu. Beberapa pohon pun bertumbangan tidak kuat menahan kuatnya dorongan angin. Karena Hembusan angin, tumbangnya pohon tidak bisa diarahkan untuk jatuh di tempat yang aman, akibatnya pohon tumbang menimpa apa saja yang ada di dekatnya sesuai arah angin, termasuk beberapa pohon yang tumbang menimpa jaringan PLN. Akibatnya jelas….mati listrik….

Mati listrik, apalagi malam hari setelah pencoblosan, memang nggak asyik… tuduhannya macam-macam, meski jelas penyebabnya, yaitu Jaringan listrik “hancur lebur” tertimpa pohon tumbang akibat kuatnya hembusan angin. 

Itulah yang terjadi di Feeder Bulete - Rayon Paria – PLN Area Watampone. Empat buah tiang roboh, 8 gawang jaringan SUTM “ampar-amparan” tertimpa pohon tumbang. Perbaikannya butuh waktu lama, selain karena beratnya kerusakan, angin yang ditemani hujan lebat, turut memperlambat proses pemulihannya….tapi ternyata tidak mengurangi semangat pak Muh Asis (Manajer Rayon Paria), pak Ramly (Spv Teknik Rayon Paria) beserta personil-personil PP Dist Rayon Paria untuk “mengarungi gelapnya malam”, berikut dokumentasinya yang dikirim oleh pak Muh Asis melalui grup BBM Asman & Man Rtg WTP, (dengan judul yang sangat provokatif : “biasa kerja malam”) :




Setelah bergulat dengan “gelapnya malam” dari jam empat sore, akhirnya sekitar jam 23.15 atau jam sebelas lebih lima belas menit, menjelang tengah malam, selesai lah perbaikan jaringannya. Listrik pun kembali menyala, dan semoga “segenggam berlian” diperoleh oleh para petugas garis depan PLN di rayon Paria saat itu….


Cerita kedua….
Malam itu, Jumat malam, tanggal 9 Mei 2014, mas Dody Midyanto (Spv Teknik Rayon Hasanudin), dan pak Ridwan ilyas (Spv Administrasi Rayon Hasanudin) sudah bersiap pulang….libur tlah tiba, libur tlah tiba…besok hari sabtu… mendadak, sekitar jam 19.50, beberapa pelanggan datang ke kantor, dan melapor kawasan sekitar pantai kering (ini bukan di pinggir pantai, tapi di tengah kota, pusat keramaian di Watampone) gelap gulita. Ada ledakan di Trafo PLN dekat pantai kering. Mas Dody, dan pak Ridwan, sudah bisa menebak ada masalah di Gardu Distribusi, yang lokasinya di dekat pantai kering.

Gardu Distribusi, adalah salah satu peralatan yang sangat khas PLN. Fungsi Gardu Distribusi sendiri sangat sederhana yaitu menurunkan level tegangan listrik. Karena peralatan listrik milik kawan pintar hanya sanggup menerima tegangan listrik sebesar 220 Volt (untuk satu phasa), atau 380 Volt (untuk tiga phasa), maka level tegangan feeder (jaringan SUTM) PLN yang mencapai 20.000 Volt atau 20 kV itu harus diturunkan, agar peralatan listrik milik kawan pintar bisa beroperasi. 

Nah di Gardu Distribusi (dengan peralatan utamanya Trafo) itulah tegangan 20.000 Volt itu diturunkan menjadi 380 Volt (tiga phasa) atau 220 Volt (satu phasa). Biasanya satu Gardu Distribusi ini, memasok listrik kepada sekitar 100 s.d 250 pelanggan listrik. Meski fungsinya hanya menurunkan tegangan, Gardu Distribusi ini sangat vital, dan banyak peralatan listriknya. Akibatnya kalau bermasalah, mati listriknya lama, karena banyak yang harus diperiksa, terus pas diperiksa memang harus mati listriknya, karena bisa berbahaya bagi petugas PLN.

Herannya, Gardu Distribusi sering kali bermasalah saat orang sedang sangat membutuhkan listrik, yaitu saat petang hari setelah maghrib sampai sekitar jam 21.00. sebenarnya wajar, karena saat jam-jam itulah, beban listrik Gardu sedang tinggi-tinggi nya sehingga tidak jarang ada peralatan Gardu Distribusi yang rusak. Saat sedang butuh listrik, eh mati lampu….kebayang kan ??? (padahal waktu memperbaiki kerusakan sebuah Gardu Distribusi biasanya antara 3 sampai dengan 8 jam, tergantung tingkat kerusakan dan jenis peralatan gardu yang rusak)….marahnya pelanggan kayak apa coba ???

Meski sebenarnya lebih enak kerja di siang hari, toh yang padam hanya 200-an pelanggan (dua ratus pelanggan kok hanya) …. Jiwa pak Ridwan dan mas Dody pun terpanggil…..bahu membahu dengan para personil PP Dist Rayon Hasanudin, untuk segera memperbaiki kerusakan Gardu Distribusi, agar listrik segera menyala kembali….ini dokumentasi nya : 


Pak Ridwan ilyas (spv administrasi Rayon Hasanudin) nongkrong di atas, memperbaiki bushing Trafo



Mas Dody Midyanto (spv Teknik Rayon Hasanudin) “ndhodhok/jongkok” di bawah, memperbaiki kabel Opstyg




Jam 22.36, masalah Gardu Distribusi sudah bisa diatasi, listrik pun menyala kembali, dan semoga “segenggam berlian” dari senyum pelanggan itu bisa didapatkan….




Cerita ketiga…..
Sejak “ultimatum” Manajer Area kepada rekan-rekan PP Dist Rayon Hasanudin (ada di tulisan “TIGA” Vs “SATU” di PLN Area Watampone), ada yang berbeda dengan kebiasaan Para Petugas garis depan di Rayon Tellu Boccoe, beserta KP-KP nya…Faktor kepemimpinan pak Agussalim (Manajer Rayon Tellu Boccoe), dan pak Haji Mudhir (Spv Teknik Rayon Tellu Boccoe) menjadi sebab utamanya.

Ketegasan pak Agussalim, dan Kepedulian pak Haji Mudhir, menyemangati para personil PP Dist di Rayon Tellu Boccoe untuk mencari penyebab feeder trip meski hanya trip temporer. Nggak peduli sepanjang siang, sudah lelah gelar pasukan, nggak peduli tengah malam, nggak peduli hujan deras mengguyur, meski sebenarnya bisa besok pagi saja mencarinya. Toh trip temporer itu hanya padam dua sampai dengan lima menit saja, toh pelanggan sudah menyala kembali listriknya. Tapi “semangat” untuk mendapatkan “segenggam berlian” berupa senyum pelanggan yang tidak merasakan mati listrik, melebihi segalanya…. Biar malam, biar hujan, biar gelap gulita, terus bergerak mencari penyebab gangguan….berikut dokumentasinya :


Mobil petugas garis depan PLN Rayon Tellu Boccoe terjebak kubangan lumpur jalan akibat hujan di tengah malam


Mengeksekusi penyebab gangguan dengan “suckle stock” agar listrik tidak perlu mati lagi di malam hari




Itulah sekelumit cerita dari perjuangan para petugas garis depan PLN Area Watampone, para petugas yang rela mengarungi gelapnya malam, demi “segenggam berlian” yang bernama kepuasan pelanggan. 

Bila suatu saat kawan pintar mengalami mati listrik, percayalah, pasti akan ada petugas-petugas PLN yang rela mengarungi gelapnya malam, demi senyum kawan pintar saat listrik menyala kembali. Insya Allah yang terbaik yang bisa mereka berikan akan diberikan, tentu ada batasnya….para petugas garis depan PLN itu punya keterbatasan, karena mereka juga manusia biasa….

Saat mati listrik disebabkan oleh kerusakan jaringan 150.000 Volt atau 500.000 Volt (Transmisi dan Gardu Induk), atau pada pembangkit (Defisit daya pembangkitan), maka tidak ada yang bisa dilakukan oleh para petugas di garis depan itu, kecuali menunggu, karena memang sudah bukan keahliannya lagi…meski seisi kebun binatang pindah, meski mereka dijemur di tengah terik matahari sekalipun….listrik belum akan bisa menyala, karena itulah keterbatasan para petugas garis depan itu….











Tidak ada komentar:

Posting Komentar