Tentu kita pernah mendengar orang
berseloroh dalam nada canda, demi “sesuap nasi” dan “segenggam berlian”. Saat
mendengar “Segenggam berlian”, apa
yang ada di benak para kawan pintar ya ? Harta kekayaan yang banyak kah ? Uang
tunai berkoper-koper kah ? setumpuk perhiasan, emas, dan permata kah ? atau ada
yang lain kah ? Frasa “segenggam berlian” itu, karena menggunakan tanda
“petik”, maka bisa diartikan dengan sangat luas. Masing-masing orang boleh
berbeda, tidak ada batasan dalam menterjemahkan arti dari “segenggam berlian”
itu, tentu juga bagi para “pejuang kelistrikan” di PLN Area Watampone….boleh
kan ya ?
Bayangkanlah ketika terjadi mati listrik,
di waktu malam hari pula, bagaimana perasaan para kawan pintar yang
mengalaminya ? “Gara-Gara mati listrik ini, kita nggak bisa mandi, masak, dan
cuci piring juga susah, soalnya kan airnya habis. Pas saya cek kulkas ternyata
sayur dan buah juga ikutan rusak”, keluh kawan pintar di sebuah portal berita,
saat mengalami mati listrik. Yap mati listrik, apalagi malam hari, memang
menjengkelkan, mau ngapa-ngapain juga susah, gelap jadi nggak kelihatan. Mana
peralatan elektronik, seperti tivi, kulkas, radio, komputer, dst harus pakai
listrik lagi. Gimana sih PLN ? Mati listrik kok tanpa pemberitahuan ? dasar PLN
!!!....
Emosi, kejengkelan, kedongkolan,
kebencian, bahkan sumpah serapah ditumpahkan pada PLN saat mati listrik
itu….apalagi lagi asyik-asyiknya “MAIN GAME ONLINE”, sedang posisi menang, dan
belum di”save” lagi….maka seluruh isi kebun binatang pun, pindah semua ke PLN
saat mati listrik itu…..telepon, dan kantor PLN penuh sekali dengan isi kebun
binatang, saat mati listrik itu…. PLN oh PLN nasibmu saat mati listrik….
Di tengah situasi dan kondisi seperti
itu, kira-kira apa ya “segenggam berlian” itu bagi para petugas PLN di garis
depan ? ketika kantor, telp, HP penuh dengan “sesuatu banget” saat mati listrik
itu, bagaimana ya bentuk “segenggam berlian” bagi para ujung tombak PLN itu ???
…. Rasanya tidak ada yang lebih berharga, di saat mati listrik seperti itu,
kecuali “senyum pelanggan”….senyum pelanggan yang muncul kembali, ketika
listrik menyala lagi…..bentuk “segenggam berlian” bagi para petugas PLN di
garis depan, bernama kepuasan pelanggan ketika listrik nya menyala kembali….
Mati listrik (apalagi di malam hari),
akibat terjadinya gangguan pada jaringan PLN, percayalah kawan pintar, tidak
pernah diharapkan atau disengaja oleh para petugas PLN di garis depan itu.
Sama-sama kerja memperbaiki jaringan, tentu lebih enak siang hari, jaringannya
kelihatan oleh sinar mentari, teman di bawah pun bisa turut mengawasi. Tapi
demi “segenggam berlian” saat mati listrik itu, kondisi malam hari, kondisi
hujan badai, pandangan yang terbatas, peralatan seadanya, akan dijalani oleh
para petugas PLN di garis depan itu.
Percayalah kawan pintar, di unit PLN
manapun, di seluruh penjuru negeri ini, pasti ada petugas PLN di garis depan,
yang akan rela untuk mengarungi gelapnya malam (di tengah hujan badai pula),
demi mendapatkan “segenggam berlian” yang bernama (senyum) kepuasan pelanggan
itu…sebuah (senyum) kepuasan yang yang datang dari pelanggan ketika listrik
menyala kembali. Inilah sebagian kecil cerita para petugas PLN di garis depan,
yang rela mengarungi gelapnya malam itu :
(sehubungan keterbatasan
pencahayaan akibat mati listrik, maka kualitas gambar yang ada sangat rendah,
dan bisa membuat sakit mata, harap maklum….)
Cerita
pertama…….
Hari itu, 9 April 2014, pencoblosan
baru saja berlalu. Proses perhitungan suara di TPS (khususnya pembuatan
Formulir C1 nya) sedang seru-serunya. Saat tiba-tiba sekitar jam empat sore,
angin berhembus dengan kencangnya di sekitar kabupaten Bone dan Kabupaten Wajo
menjelang petang itu. Beberapa pohon pun bertumbangan tidak kuat menahan
kuatnya dorongan angin. Karena Hembusan angin, tumbangnya pohon tidak bisa
diarahkan untuk jatuh di tempat yang aman, akibatnya pohon tumbang menimpa apa
saja yang ada di dekatnya sesuai arah angin, termasuk beberapa pohon yang
tumbang menimpa jaringan PLN. Akibatnya jelas….mati listrik….
Itulah yang terjadi di Feeder Bulete - Rayon Paria – PLN Area Watampone. Empat buah tiang roboh, 8 gawang jaringan SUTM “ampar-amparan” tertimpa pohon tumbang. Perbaikannya butuh waktu lama, selain karena beratnya kerusakan, angin yang ditemani hujan lebat, turut memperlambat proses pemulihannya….tapi ternyata tidak mengurangi semangat pak Muh Asis (Manajer Rayon Paria), pak Ramly (Spv Teknik Rayon Paria) beserta personil-personil PP Dist Rayon Paria untuk “mengarungi gelapnya malam”, berikut dokumentasinya yang dikirim oleh pak Muh Asis melalui grup BBM Asman & Man Rtg WTP, (dengan judul yang sangat provokatif : “biasa kerja malam”) :
Setelah bergulat dengan “gelapnya
malam” dari jam empat sore, akhirnya sekitar jam 23.15 atau jam sebelas lebih
lima belas menit, menjelang tengah malam, selesai lah perbaikan jaringannya.
Listrik pun kembali menyala, dan semoga “segenggam berlian” diperoleh oleh para
petugas garis depan PLN di rayon Paria saat itu….
Cerita
kedua….
Malam itu, Jumat malam, tanggal 9 Mei
2014, mas Dody Midyanto (Spv Teknik Rayon Hasanudin), dan pak Ridwan ilyas (Spv
Administrasi Rayon Hasanudin) sudah bersiap pulang….libur tlah tiba, libur tlah
tiba…besok hari sabtu… mendadak, sekitar jam 19.50, beberapa pelanggan datang
ke kantor, dan melapor kawasan sekitar pantai kering (ini bukan di pinggir
pantai, tapi di tengah kota, pusat keramaian di Watampone) gelap gulita. Ada
ledakan di Trafo PLN dekat pantai kering. Mas Dody, dan pak Ridwan, sudah bisa
menebak ada masalah di Gardu Distribusi, yang lokasinya di dekat pantai kering.
Gardu Distribusi, adalah salah satu
peralatan yang sangat khas PLN. Fungsi Gardu Distribusi sendiri sangat
sederhana yaitu menurunkan level tegangan listrik. Karena peralatan listrik
milik kawan pintar hanya sanggup menerima tegangan listrik sebesar 220 Volt
(untuk satu phasa), atau 380 Volt (untuk tiga phasa), maka level tegangan
feeder (jaringan SUTM) PLN yang mencapai 20.000 Volt atau 20 kV itu harus
diturunkan, agar peralatan listrik milik kawan pintar bisa beroperasi.
Nah di Gardu Distribusi (dengan
peralatan utamanya Trafo) itulah tegangan 20.000 Volt itu diturunkan menjadi
380 Volt (tiga phasa) atau 220 Volt (satu phasa). Biasanya satu Gardu
Distribusi ini, memasok listrik kepada sekitar 100 s.d 250 pelanggan listrik.
Meski fungsinya hanya menurunkan tegangan, Gardu Distribusi ini sangat vital, dan
banyak peralatan listriknya. Akibatnya kalau bermasalah, mati listriknya lama,
karena banyak yang harus diperiksa, terus pas diperiksa memang harus mati
listriknya, karena bisa berbahaya bagi petugas PLN.
Herannya, Gardu Distribusi sering
kali bermasalah saat orang sedang sangat membutuhkan listrik, yaitu saat petang
hari setelah maghrib sampai sekitar jam 21.00. sebenarnya wajar, karena saat
jam-jam itulah, beban listrik Gardu sedang tinggi-tinggi nya sehingga tidak
jarang ada peralatan Gardu Distribusi yang rusak. Saat sedang butuh listrik, eh
mati lampu….kebayang kan ??? (padahal waktu memperbaiki kerusakan sebuah Gardu
Distribusi biasanya antara 3 sampai dengan 8 jam, tergantung tingkat kerusakan
dan jenis peralatan gardu yang rusak)….marahnya pelanggan kayak apa coba ???
Meski sebenarnya lebih enak kerja di
siang hari, toh yang padam hanya 200-an pelanggan (dua ratus pelanggan kok
hanya) …. Jiwa pak Ridwan dan mas Dody pun terpanggil…..bahu membahu dengan
para personil PP Dist Rayon Hasanudin, untuk segera memperbaiki kerusakan Gardu
Distribusi, agar listrik segera menyala kembali….ini dokumentasi nya :
![]() |
Pak Ridwan ilyas (spv administrasi Rayon Hasanudin) nongkrong di atas, memperbaiki bushing Trafo |
![]() |
Mas Dody Midyanto (spv Teknik Rayon Hasanudin) “ndhodhok/jongkok” di bawah, memperbaiki kabel Opstyg |
Jam 22.36, masalah Gardu Distribusi
sudah bisa diatasi, listrik pun menyala kembali, dan semoga “segenggam berlian”
dari senyum pelanggan itu bisa didapatkan….
Cerita
ketiga…..
Sejak “ultimatum” Manajer Area kepada
rekan-rekan PP Dist Rayon Hasanudin (ada di tulisan “TIGA” Vs “SATU” di PLN
Area Watampone), ada yang berbeda dengan kebiasaan Para Petugas garis depan di
Rayon Tellu Boccoe, beserta KP-KP nya…Faktor kepemimpinan pak Agussalim
(Manajer Rayon Tellu Boccoe), dan pak Haji Mudhir (Spv Teknik Rayon Tellu
Boccoe) menjadi sebab utamanya.
Ketegasan pak Agussalim, dan
Kepedulian pak Haji Mudhir, menyemangati para personil PP Dist di Rayon Tellu
Boccoe untuk mencari penyebab feeder trip meski hanya trip temporer. Nggak
peduli sepanjang siang, sudah lelah gelar pasukan, nggak peduli tengah malam,
nggak peduli hujan deras mengguyur, meski sebenarnya bisa besok pagi saja
mencarinya. Toh trip temporer itu hanya padam dua sampai dengan lima menit
saja, toh pelanggan sudah menyala kembali listriknya. Tapi “semangat” untuk
mendapatkan “segenggam berlian” berupa senyum pelanggan yang tidak merasakan
mati listrik, melebihi segalanya…. Biar malam, biar hujan, biar gelap gulita,
terus bergerak mencari penyebab gangguan….berikut dokumentasinya :
![]() |
Mobil petugas garis depan PLN Rayon Tellu Boccoe terjebak kubangan lumpur jalan akibat hujan di tengah malam |
![]() |
Mengeksekusi penyebab gangguan dengan “suckle stock” agar listrik tidak perlu mati lagi di malam hari |
Itulah sekelumit cerita dari
perjuangan para petugas garis depan PLN Area Watampone, para petugas yang rela
mengarungi gelapnya malam, demi “segenggam berlian” yang bernama kepuasan
pelanggan.
Bila suatu saat kawan pintar
mengalami mati listrik, percayalah, pasti akan ada petugas-petugas PLN yang
rela mengarungi gelapnya malam, demi senyum kawan pintar saat listrik menyala
kembali. Insya Allah yang terbaik yang bisa mereka berikan akan diberikan,
tentu ada batasnya….para petugas garis depan PLN itu punya keterbatasan, karena
mereka juga manusia biasa….
Saat mati listrik disebabkan oleh
kerusakan jaringan 150.000 Volt atau 500.000 Volt (Transmisi dan Gardu Induk),
atau pada pembangkit (Defisit daya pembangkitan), maka tidak ada yang bisa dilakukan
oleh para petugas di garis depan itu, kecuali menunggu, karena memang sudah
bukan keahliannya lagi…meski seisi kebun binatang pindah, meski mereka dijemur
di tengah terik matahari sekalipun….listrik belum akan bisa menyala, karena
itulah keterbatasan para petugas garis depan itu….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar