Senin, 21 April 2014

"PERJUANGAN" Merealisasikan "satu kalimat instruksi"

Bukalah situs youtube, dan ketik kalimat Iwan Abdurahman di fasilitas “search”nya. Akan ada video dengan judul “Penampilan Iwan Abdurahman dalam Satu Dekade Reformasi DJP”. Dalam Video dengan durasi 1 jam 10 menit itu, yang penuh inspirasi dan memotivasi itu, ada satu pelajaran menarik yang disampaikan oleh Abah Iwan (panggilan akrab Iwan Abdurahman).
Abah Iwan yang merupakan anggota Wanadri, kelompok pecinta alam, yang didirikan di Bandung, sejak tahun 1964, dan sangat terkenal. Pelajaran itu terjadi dalam suatu pendakian di lembah danau-danau, salah satu puncak di Jaya Wijaya yang tertutup salju abadi, di antara puncak Sukarno dan Puncak Cartenz.
Abah Iwan terlibat diskusi dengan Ir. Yopi yang menjadi salah satu pimpinan ekspedisi pendakian 7 puncak dunia. Diskusi tentang “jatuh” dari ketinggian gunung bersalju itu, saat Abah Iwan bertanya,”Yop, kalau Abah jatuh, bagaimana ?”, 100-200 meter ke bawah.
Ir. Yopi menjawab,”kalau Abah jatuh, ya mati saja”.  
Abah Iwan kembali bertanya,”kalau begitu, supaya nggak mati, bagaimana?”
Ir. Yopi menjawab,”Ya…jangan jatuh”.
Inilah pelajaran itu, untuk melaksanakan perintah atasan untuk “Jangan jatuh” itu, ada banyak hal yang harus dipersiapkan : peralatan tali-temalinya harus benar, sepatu yang dipakai harus benar, stamina kita harus segar, dan seterusnya. Perlu perjuangan untuk menyiapkan segala hal (termasuk hal yang kecil-kecil), untuk melaksanakan perintah atasan yang hanya satu kalimat : “Jangan Jatuh”.
(Untuk lebih lengkapnya, silahkan buka di Youtube saja ya, ada banyak hal yang bisa dipelajari di sana)
 Kejadian yang hampir mirip dengan cerita di atas, juga terjadi di PLN Area Watampone. Cerita yang sederhana, namun penuh “perjuangan” dan “pengorbanan”. Kisah ini dituturkan melalui kiriman foto oleh pak Agussalim (Manajer Rayon Tellu Boccoe) ke Grup BBM Asman & Man Rtg WTP, dan pak Haji Mudhir (Spv Teknik Rayon Tellu Boccoe) ke Grup BBM Warga PLN WTP.


Kalau kiranya kawan-kawan Pintar mendapatkan gambar di bawah ini, apa yang akan kawan pintar laksanakan ya ???
Misalkan sebagai seorang atasan, apa kira-kira yang kawan pintar akan laksanakan melihat kondisi peralatan listrik (PHB TR / Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah) seperti di atas ???
….“GANTI SAJA”…. yap saya yakin, sebagian besar dari kawan pintar, punya pikiran yang sama, material PHB TR di atas lebih baik di”GANTI SAJA”, kondisinya sungguh memprihatinkan, dan tidak layak pakai lagi. Jadi “GANTI SAJA”…
Satu kalimat yang sangat sederhana, “GANTI SAJA”….tapi butuh sebuah perjuangan untuk melaksanakannya. Butuh orang-orang yang memiliki mental petarung, memiliki semangat bertempur, dan rela berkorban untuk melaksanakannya. Untuk melaksanakan satu kalimat sederhana itu, harus ada orang-orang seperti pak Agussalim (Manajer Rayon Tellu Boccoe), pak Haji Mudhir (Spv Teknik Rayon Tellu Boccoe), pak Waldi (Pegawai Kantor Pelayanan Kajuara), serta para personil PP Dist Rayon Tellu Boccoe dan KP Kajuara, yang memiliki mental “pejuang” untuk merealisasikannya.
 Peralatan PHB TR di atas ada di pinggir pantai Polewali di Kecamatan Kajuara, yang merupakan perbatasan antara kabupaten Bone dengan Kabupaten Sinjai. Pelayanan kelistrikannya di wilayah Kantor Pelayanan Kajuara (kadang disebut juga KP Padaelo, salah satu Kantor Pelayanan di bawah Rayon Tellu Boccoe). Daerahnya dalam bahasa pak Haji Mudhir adalah “empangnya Kajuara”.

Untuk mencapai lokasi, mobil tidak bisa masuk, karena harus melewati jembatan gantung yang bergoyang-goyang ketika dilewati….

Artinya untuk “GANTI SAJA”…itu, material pengganti tidak bisa dibawa menggunakan mobil, tapi harus di”pikul” untuk sampai di lokasi….

Beneran harus di”pikul”, tentu saja dengan cara manual alias menggunakan tenaga manusia. Jelas butuh personil-personil yang punya mental “pejuang”, untuk mau mengangkat material pengganti yang beratnya nyaris satu kuintal itu. Belum lagi waktu memikulnya yang butuh nyaris satu jam itu….

Begitu tiba dilokasi, tanpa banyak bicara, tanpa banyak mengeluh, tanpa membuang waktu….para pejuang kelistrikan itu langsung mengerahkan kemampuan dan keahliannya untuk mengganti material PHB TR yang kondisi sudah tidak layak itu. Dua Jam 30 menit kemudian….sim salabim…..selesailah penggantian PHB TR itu….

Begitu selesai penggantian, belum berarti selesai tugas….aturan PLN tidak mengijinkan barang yang sudah rusak, dibuang begitu saja. Barang yang sudah tidak layak itu harus dikembalikan lagi ke gudang….artinya….pikul lagi, jalan lagi, dan senyum lagi dong…


“satu kalimat instruksi”, harus direalisasikan dengan “perjuangan”, harus dilaksanakan oleh orang-orang yang punya mental “pejuang”,  dan rekan-rekan di Rayon Tellu Boccoe, dan KP Kajuara sudah membuktikannya, mereka layak disebut para “pejuang kelistrikan”….pak Agussalim, pak Haji Mudhir, pak Waldy, dan para personil PP Dist Rayon Tellu Boccoe + KP Kajuara, anda semua layak disebut “pejuang kelistrikan”, dan itu hanya sebagian kecil “pejuang kelistrikan” di negeri ini.
Kami meyakini masih banyak para “pejuang kelistrikan” lain yang mengorbankan darah, keringat, dan air matanya, untuk menyalakan listrik di seluruh penjuru negeri ini. Salam dari PLN Area Watampone, jangan pernah surut untuk terus berjuang dan berkorban demi menyalanya listrik di seluruh negeri ini….biarlah kita terima dengan ikhlas, caci maki pelanggan di saat listrik mati…biarlah tidak pernah ada puji-puji, karena andalah para “pejuang kelistrikan” di negeri ini.
Di akhir tulisan ini, ijinkan kami mempersembahkan lagu mentari. Lagu gubahan Abah Iwan yang menjadi lagu wajib para mahasiswa di Bandung ketika OSPEK itu. Sebuah lagu dari Abah Iwan, yang mudah-mudahan menambah semangat, untuk terus menjadi “pejuang kelistrikan” dimanapun kita berada….seperti mentari selalu menyinari bumi dengan cahayanya…

Mentari, Bernyala di sini, di sini di dalam hatiku,
Gemuruh Apinya di sini, di sini di urat darahku,

Meskipun tembok yang tinggi mengurungku,
Berlapis pagar duri sekitarku,

Tak satupun yang sanggup menghalangimu,
Bernyala di dalam hatiku,

Hari ini hari milikku, juga esok masih terbentang,
Dan mentari kan tetap bernyala,
di sini, di urat darahku,
di sini, di urat darahku 

Satu kalimat sederhana dari kawan pintar, ”kami tidak mau listrik mati”, memang membutuhkan “perjuangan”, dan “pengorbanan” dari para “pejuang kelistrikan” untuk mewujudkannya…..sebuah “kehormatan” yang dipersembahkan dari kawan pintar untuk anda semua “para pejuang kelistrikan”….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar